
Puisi Isbedy Stiawan ZS*
andai berumah di hutan terlarang itu,
apa Tuhan tak lagi mencar-cari? sungai
dan belantara telah menghapus diri ini. jalan
ke rimba raya berkelok, akhirnya di lubang
mahadalam. terkubur damai atau terlempar
tak bernama. pada ribuan hektar lahan
terlarang.lalu rumahrumah siapa menyala
waktu malam.lalu tanaman siapa dirawat
dipanen.
andai kita bangun rumah di register itu
apakah tak perlu absen saat tamu menjemput?
belantara yang dilindungi ini, apa juga
melindungi langkah dan detak napas kita; kita
terus masuk ke pusat hutan; ingin abadi
seperti kahfi di negeri tanpa tahu raja
dan hamba istana -yang diamdiam saling
berburu sabda- “akulah Tuhan bagi hidup
dan mati rakyatku.”
sebagai kahfi, kisa masih saja terusik.
*Isbedy Stiawan ZS, lahir di Tanjungkarang, 5 Juni 1958. Adalah sastrawan Indonesia yang oleh H.B. Jassin dijuluki sebagai Paus Sastra Lampung. Dia pernah diundang mengikuti berbagai kegiatan sastra di berbagai kota di Tanah Air, Malaysia, juga Thailand seperti Pertemuan Sastrawan Nusantara di Johor Bahru dan Kedah (Malaysia), Dialog Utara di Thailand, Utan Kayu Literary Festival, dan Ubud Writers and Readers International Festival. Diundang Dewan Kesenian Jakarta pada 2005, dalam perhelatan Cakrawala Sastra Indonesia. Tak kurang dari 35 buku puisi sudah lahir di tangannya dan jumlah itu terus bertambah hingga kini.
Facebook Comments